Rabu, 21 Oktober 2009

berjalanlah seperti Gandhi


Berjalanlah seperti ‘Gandhi’ dan hiduplah selamanya


Jalan yang sebenarnya menuju kebahagiaan terletak pada masuk penjara dan

mengalami penderitaan dan kemiskinan di sana demi kepentingan negara dan agama

seseorang.” (Mahatma Gandhi,di penjara Afrika selatan,1908)

***

"(Mungkin) para generasi berikut akan sulit mempercayai bahwa ada orang seperti dia yang pernah hidup di dunia ini dalam bentuk daging dan darah”. Seperti itulah komentar dari seorang Albert Einstein tentang Mohandas Karamchand Gandhi,seorang pria asal India yang mendedikasikan hampir seluruh kehidupanya untuk sesuatu yang sangat dirindukan oleh masyarakat dunia saat ini,kedamaian.

Seorang manusia yang memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi penguasa,tapi tak sedikitpun tertarik untuk menggenggamnya. Seorang manusia yang sebenarnya bisa hidup dengan bergelimpangan harta,tapi lebih memilih untuk tetap hidup dalam kepapaan,untuk tetap tinggal dalam komunitas miskin di mana pun ia berada.


Aktivis Non-kekerasan


lahir di Porbandar, Gujarat, India, 2 Oktober 1869. Mohandas K. Gandhi yang memeluk agama Hindu,sangat terkenal dengan gerakan-gerakan tanpa kekerasannya sebagi bentuk perlawanan terhadap segala ketidak-adilan yang ia jumpai dalam kehidupanya. Pernah suatu hari saat ia berada di Afrika Selatan,ia hendak pergi ke Pretoria dengan menggunakan kereta api, ia duduk di kursi penumpang kelas satu saat kemudian datang seorang kondektur berkulit putih yang kemudian memerintahkanya untuk pindah ke kursi penumpang kelas tiga,dengan alasan ia tidak berkulit putih,atau mengusirnya jika ia tidak mau,meskipun ia telah membayar tiketnya. Gandhi yang merasakan dirinya sedang berhadapan dengan perlakuan rasial,menolak perintah kondektur tersebut,hingga akhirnya ia harus mendapati dirinya di turunkan secara paksa di sebuah stasiun kecil,dalam keadaan udara yang dingin. Ketika mendapat perlakuan tersebut, Gandhi membaca satu ayat dari Al-quran, yaitu : Surat An Nisa ayat 75: "Mengapa kamu tiada mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, perempuan-perempuan, dan kanak-kanak yang semuanya berdoa: "Ya, Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri yang zalim penduduknya dan berilah kami perlindungan dari sisiMu, dan berilah kami penolong dari sisiMu".

Banyak sudah kasus-kasus perlakuan rasial di Afrika selatan yang ia hadapi tanpa kekerasan,yang pada akhirnya dapat ia menangi. Masalah warga India yang tidak di izinkan untuk mengikuti pemungutan suara,masalah peraturan tentang penikahan yang sah pada tahun 1913 (bahwa hanya yang beragama Kristen lah yang sah dalam melakuakan pernikahan). Semua itu tentu merupakan sebuah serangan langsung dari pemerintah Afrika Selatan terhadap warga India yang mayoritasnya memeluk agama Hindu dan Islam. Gandhi melawan setiap ketidak-adilan tersebut dengan aksi-aksi Demontrasi tanpa kekerasan,yang anehnya meskipun tanpa kekerasan,seringkali ia harus dijebloskan ke penjara karenanya.

Di India,ia banyak berjasa dalam memperjuangkan hak-hak kemerdekaan negara tersebut. Seruan massal nya untuk gerakan “Non-kooperasi” tanpa kekerasan,aksi demonya untuk penghapusan pajak garam yang menyengsarakan jutaan rakyat India. Semua itu adalah bentuk perlawanan terhadap Imperium Britania yang ia usung,dan selalu tanpa kekerasan.


Hidup bersama kemiskinan dan persaudaraan


Baik di Afrika Selatan ataupun di India,Mahatma Gandhi selalu mendirikan Ashram,sebuah tempat pemukiman bagi dia,keluarga dan komunitasnya. Mereka mengumpulkan uang mereka,saling berbagi untuk kepentingan bersama,menjalankan sekolah sendiri,membangun rumah sendiri,mengolah tanah,dan menerbitkan surat kabar sendiri. Sebagai perwujudan dalam usaha agar tetap miskin dan sederhana. Mereka mempersiapkan diri mereka untuk menderita dan mati dalam memperjuangkan kemerdekaan tanpa kekerasan.

Usaha terberat nya adalah saat ia ingin merekonsiliasi umat Islam-Hindu yang ada di India. Di satu sisi banyak umat Muslim membencinya sebagi seorang pemimpin agama Hindu, dan di sisi yang lain umat Hindu fanatik membencinya karena membela dan melindungi umat Muslim. Sebuah dilemma yang membuatnya semakin putus asa saat diberlakukanya pemisahan antara Hindu India dan Muslim Pakistan.

***

Pada saat masih di penjara bersama istrinya,adalah cobaan yang sangat berat harus ia hadapi. Kasturbai yang telah menjadi istrinya selama enam puluh-dua tahun,meninggal di atas pangkuanya setelah lama menderita sakit ( 22 Februari 1944). Dan empat tahun setelahnya di usia nya yang ke-79, saat ia berjalan di sebuah taman untuk menghadiri sebuah upacara do’a malam,Gandhi di bunuh oleh seorang Hindu fanatik.

Kematian yang mengantarkanya pada kehidupan yang lebih lama dari sebelumnya,bahkan mungkin untuk menjadi abadi. Sebagi seorang manusia yang menentang kemenangan dengan kekerasan.




Referensi :