Selasa, 23 Februari 2010

TITIK HUJAN

Malaikat yang terduduk di sudut jendela kejenuhan.
tersenyum dingin, saat aura matahari senja menembus kaca-kaca kusam.
membelai wajah para malaikat, malaikat 'peranakan' yang dilahirkan saat kehidupan mulai sangat menjenuhkan.
para malaikat yang hidup tanpa sifat malaikat. yang terjatuh ke bumi bersama titik-titik hujan di musim kemarau.

titik-titik hujan yang telah sangat dirindukan, oleh suatu populasi yang hampir punah. suatu populasi yang amnesia. bahkan akan bentuk jasad mereka sendiri, mereka telah benar-benar terbunuh dalam kelupaan. tersilet darah, terbunuh setetes demi setetes dalam kekhilafan.
di saat kemarau, populasi tertunduk dalam kemalangan. mungkin telah beratus-ratus tahun lamanya, dahaga telah menguliti seluruh harta dan pemikiran populasi. hingga menjadi budak peradaban, adalah nasib populasi seterusnya, sampai pada detik ini.
lalu hujan, dan titik harapan di kandungan titik-titik air nya, menyirat jiwa malaikat untuk setiap udara yang di hirup populasi.


dari titik air hujan, menjadi nafas, lalu terhirup ke dalam tubuh, menumbuhi rahim-rahim yang masih ranum dan tersucikan. malaikat 'peranakan' menyentuh bumi pada hari-hari pertama nya di lahirkan, dari perut hawa, dan untuk mengagungkan para hawa. karena di populasi saat ini, hawa tak lagi di hargai dan tak mau di hargai. seperti juga para adam, yang tak tau cara menjaga birahi tersempitnya.
di bumi, tanah tandus dari pulau-pulau yang terpisahkan. kemarau tercabik air hujan, dan sela-sela kepul debu sesaat setelah titik-titik air nya menghantam bumi. malaikat 'peranakan' menumbuhi empat sudut pulau populasi. dari surga keislaman menuju ruh-ruh nenek moyang kepercayaan, dan dari salib mutiara hitam menuju para korban peradaban.


**

empat malaikat 'peranakan',dari benih nyawa empat titik hujan. menyirami tanah populasi yang dalam ketandusan. bulan kelaparan, dalam segala kelupaan.

**
kaca-kaca kusam di depan pandangan malaikat 'peranakan'. tak menghalangi sedikitpun pengamatan akan populasi.
di sudut jendela matahari sore.

1 Komentar:

Anonymous Anonim mengatakan...

titik2 iat

28 Februari 2010 pukul 19.51  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda