Rabu, 24 Februari 2010

RESENSI BUKU : BUMI MANUSIA


Judul Buku : Bumi Manusia

Pengarang : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit : Hasta Mitra

Cetrakan : Cetakan Ketujuh, Februari 2001

Tebal buku : 416 halaman

“SEBERKAS KISAH CINTA ABAD LALU”

“Bumi Manusia” karya yang begitu mengagumkan, di dalamnya begitu banyak pesan yang disampaikan secara tersirat maupun tersurat. Pramoedya Ananta Toer membuat ceritanya mengalir begitu saja dengan berbagai konflik monumental. Buku yang pernah saya baca memang tidaklah banyak, tapi sepanjang pengalaman saya dalam membaca buku, baru kali pertama ini saya merasa benar-benar jatuh cinta pada buku. Kisah yang disajikan berlatar pada akhir abad 19 menjelang abad 20, memuat tentang keadaan sosial pada saat itu dengan segala permasalahan yang ada. Alur ceritanya begitu menarik untuk diikuti, keadaan masyarakat pada masa pemerintahan Hindia Belanda ia gambarkan dengan begitu jelas. Berbagai permasalahan ia tuliskan dengan jelas hampir tanpa celah. Dalam tulisannya sendiri ia mengisahkan tentang kisah cinta antara seorang pribumi dengan gadis Indo keturunan Belanda. Minke.!! seorang pribumi yang mempunyai pola pikir layaknya seorang Eropa, ia memang bukanlah keturunan pribumi biasa, dalam darahnya masih mengalir darah para raja jawa, tetapi dirinya sendiri sudah hampir bukan seorang jawa, hanya tubuhnya saja yang jawa tetapi semua pandangannya tentang hidup sudah benar-benar seperti pandangan seorang Eropa, suatu hal yang tidak biasa pada zamannya. Ia adalah pemuda yang cerdas, penyuka sastra, berbeda dengan pemuda lainnya pada zamannya. Annelis Mellema, gadis yang begitu cantik, bahkan dalam buku ini kecantikannya disebut-sebut melebihi kecantikan daripada Ratu Nederland pada saat itu, Ratu Wilhelma. Ia merupakan putri dari seorang “Nyai”, bukan seorang Nyai biasa, bukan hanya seorang gundik yang seringkali dianggap menjijikan. Ia merupakan putri dari seorang ibu yang luar biasa, seorang ibu yang begitu mampu mengurusi banyak pekerjaan setelah Tuan Mellema, tuannya, suami tidak sahnya, berubah menjadi “orang gila” orang yang sudah tidak peduli pada apapun disekelilingnya. Annelis lebih memilih untuk menjadi seorang pribumi seperti ibunya, walaupun ayahnya merupakan seorang belanda, gadis ini begitu manja pada mamanya, sikapnya begitu manis. Sangat bertolak belakang dengan sikap Annelis, abangnya, Robert Mellema merasa bahwa dirinya seorang Belanda tulen dan ia pun tidak menganggap Nyai sebagai ibunya, ia sangat mengagumi ayahnya walaupun Ayahnya sendiri sudah tak perduli apapun lagi termasuk dirinya.

Pramoedya menuliskan kisah ini dengan sangat indah, kata-kata puitis bertebaran disana-sini. Berbagai konflik terjadi, permasalahan disana-sini, semua ia gambarkan dengan sangat nyata. Kisah dimulai dengan keseharian Minke, seorang siswa H.B.S dengan berbagai kegiatannya, kemudian digambarkan berbagai situasi pada masa itu, keseharian masyarakat pada masa itu, semuanya diselipkan oleh Pramoedya dengan begitu cerdas. Pada suatu waktu Minke diajak oleh temannya Robert Suurhof untuk datang ke rumah temannya di wonokromo. Minke sudah sering mendengar desas-desus tentang keberadaan satu keluarga yang mempunyai perusahaan besar di wonokromo. Nyai Ontosoroh, begitulah orang kampung menyebutnya, pemilik dari perusahaan besar bernama Boerderij Boeitenzorg, diisukan Nyai memiliki kekuatan magis yang membuat tuannya sendiri bertekuk lutut padanya, selain itu nyai juga dikabarkan mempunyai pengawal yang begitu menyeramkan, Darsam namanya. Disaat Minke terus ketakutan memikirkan hal itu, tetapi tiba-tiba kereta kuda mereka berhenti di depan gerbang sebuah rumah megah, lalu Robert Suurhof mengajak turun. Dalam pikiran Minke berkecamuk, inikah rumah Nyai Ontosoroh?, Robert Suurhof tidak peduli pada berita-berita itu karena ia seorang totok, belanda tulen dan tidak pernah peduli dengan apa yang dibicarakan oleh para pribumi. Mereka berdua masuk, dan dari sinilah kisah cinta ini dimulai dengan berbagai konflik yang rumit dan menegangkan.

Walaupun buku ini memuat kisah cinta, tetapi buku ini tidak mengajarkan kita untuk menjadi cengeng karena sesuatu yang bernama “cinta”. Buku ini membuat kita seolah-olah berada pada masa itu, menyaksikan langsung berbagai peristiwa yang terjadi, membuka pikiran kita tentang kehidupan dalam masa pemrintahan Hindia Belanda atau hanya sebuah Penjajahan Oleh orang-orang Belanda?. Buku ini sesungguhnya memuat semua hal yang sering terjadi pada akhir abad 19 dan menjelang abad 20. Berbagai ketidak adilan yang dilakukan oleh kaum kolonial, kemunculan pemikiran-pemikiran tentang hutang budi belanda kepada Hindia, pemikiran-pemikiran untuk keadilan para pribumi, sikap masyarakat yang ada pada saat itu, teknologi yang berkembang pada saat itu, strata sosial yang ada pada saat itu, semuanya terbalut dengan indah dalam kisah cinta yang terjalin antara Minke dengan Annelis.Walaupun pada akhir kisah dalam buku ini bisa dibilang agak menyedihkan, tetapi buku ini adalah buku pertama dari empat rangkaian buku karya Pramoedya Ananta Toer, jadi kita belum bisa menyimpulkan akhir kisah hanya dengan membaca buku ini saja, ketiga buku lanjutannya adalah; Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Keempat buku ini pernah dilarang peredarannya oleh jaksa agung dari rentang waktu tahun 1981 hingga tahun 1988, entah apa alasannya, mungkin karena isinya yang dianggap tabu pada waktu itu, atau mungkin juga karena ada “alasan lain”. Selain empat rangkaian buku ini, karya-karyanya yang lain juga seringkali dilarang peredarannya, bahkan yang lebih parahnya tak jarang pula dibakar. Walaupun begitu saya kira buku ini sangat perlu untuk dibaca, menambah pengetahuan dan pemahaman kita tentang melewati hidup dengan berbagai permasalahannya yang pelik.

“ Tetralogi ini adalah suatu kesatuan yang masing-masing jilidnya dapat berdiri sendiri. Sebelum roman empat jilid ini dituangkan dalam tulisan, kisahnya diceritakan secara lisan oleh penulis kepada temannya seperasaian di unit III Wanayasha di pulau pembuangan Buru.” Prolog; Hasta Mitra

“suatu usaha lagi untuk mengenal Indonesia”

***

RESENSI BUKU : SAMURAI; KASTEL AWAN BURUNG GEREJA


JUDUL : SAMURAI; KASTEL AWAN BURUNG GEREJA
JUDUL ASLI : CLOUD OF SPARROWS; AN EPIC NOVEL OF JAPAN
PENULIS : TAKASHI MATSUOKA
PENERJEMAH : ESTI AYU BUDIHABSARI
PENERBIT : PENERBIT QANITA
CETAKAN : CETAKAN II, APRIL 2005
TEBAL : 820 HALAMAN

PERJUANGAN BELUM USAI.,!!!



Takashi Matsuoka adalah seorang penulis yang menghabiskan masa kecilnya di Hawaii, ia juga sempat bekerja di kuil Budha Zen. Pengalamannya yang pernah bekerja di kuil Budha Zen membuatnya fasih dalam menggambarkan kehidupan spiritual di kuil Zen dalam bukunya. Dalam bukunya, ia menceritakan kisah tentang kehidupan di Jepang pada abad 19, khususnya pada tahun 1861-1862,masa 250 tahun setelah perang sekigahara dan masa-masa mulai runtuhnya dinding-dinding kekuasaan Shogun.

Dalam buku ini terdapat beberapa tokoh penting, tokoh utamanya adalah Genji, seorang bangsawan dari klan Okumichi di yang menguasai provinsi Akaoka, ia adalah salah satu bangsawan yang menolak pemerintahan Shogun Tokugawa pada saat itu. Banyak yang menganggap bahwa Genji hanya seorang bangsawan yang suka hura-hura, menghabiskan waktunya bersama geisha dan sake.Banyak yang menganggap Ia tidak seperti kakeknya Lord Kiyori yang gagah dan tegas, ia dianggap sebagai orang yang akan menghancurkan klannya sendiri. Tetapi tak sedikit juga dari pengikutnya yang masih setia karena menganggap Lord Genji memiliki kemampuan khusus yang dianggap sebagai anugerah bagi keturunan bangsawan Okumichi, yaitu kemampuan untuk meramal masa depan, Lord Genji juga merupakan seorang "pendobrak", ketika Jepang menutup diri terhadap pengaruh luar terutama dari barat. Ia malah memfasilitasi para misionaris Kristen dari Amerika untuk membuat rumah misi di istananya. Mulai dari sini alur cerita menjadi semakin rumit, Banyak terjadi peperangan, pengkhianatan, kesetiaan, pengabdian, pengorbanan, semuanya terjadi silih berganti.

Penulis menulis ceritanya dengan sangat detail, ia dapat menggambarkan situasi dalam cerita seakan-akan pembaca berada di dalamnnya. Penulis dapat memadukan sejarah, cerita cinta, dan fiksi menjadi sebuah tulisan yang bisa dibilang luar biasa. Ia menggambarkan cerita dengan begitu nyata, ia juga bercerita dari berbagai sudut pandang dan ruang.

Hampir tak ada kekurangan dalam buku ini, selain kesalahan percetakan, karena ada beberapa halaman di buku ini yang "agak kacau", selain itu juga cerita akhirnya dibuat "menggantung" masih menyisakan misteri, tapi hal ini tak bisa di sebut sebuah kekurangan karena buku ini merupakan buku ke satu dan masih ada sekuelnya yang berjudul, SAMURAI; JEMBATAN MUSIM GUGUR. Mungkin karena hal inilah cerita akhir dalam buku ini masih menyisakan misteri.

Jika ada pertanyaan yang bertanya, berapa anda akan menilai buku ini dengan pilihan kuantitas 1 - 10..? Saya akan memberi nilai buku ini 9, karena buku ini sangat bagus dan banyak pesan tentang kehidupan yang akan kita dapat dari buku ini.

***



Selasa, 23 Februari 2010

TITIK HUJAN

Malaikat yang terduduk di sudut jendela kejenuhan.
tersenyum dingin, saat aura matahari senja menembus kaca-kaca kusam.
membelai wajah para malaikat, malaikat 'peranakan' yang dilahirkan saat kehidupan mulai sangat menjenuhkan.
para malaikat yang hidup tanpa sifat malaikat. yang terjatuh ke bumi bersama titik-titik hujan di musim kemarau.

titik-titik hujan yang telah sangat dirindukan, oleh suatu populasi yang hampir punah. suatu populasi yang amnesia. bahkan akan bentuk jasad mereka sendiri, mereka telah benar-benar terbunuh dalam kelupaan. tersilet darah, terbunuh setetes demi setetes dalam kekhilafan.
di saat kemarau, populasi tertunduk dalam kemalangan. mungkin telah beratus-ratus tahun lamanya, dahaga telah menguliti seluruh harta dan pemikiran populasi. hingga menjadi budak peradaban, adalah nasib populasi seterusnya, sampai pada detik ini.
lalu hujan, dan titik harapan di kandungan titik-titik air nya, menyirat jiwa malaikat untuk setiap udara yang di hirup populasi.


dari titik air hujan, menjadi nafas, lalu terhirup ke dalam tubuh, menumbuhi rahim-rahim yang masih ranum dan tersucikan. malaikat 'peranakan' menyentuh bumi pada hari-hari pertama nya di lahirkan, dari perut hawa, dan untuk mengagungkan para hawa. karena di populasi saat ini, hawa tak lagi di hargai dan tak mau di hargai. seperti juga para adam, yang tak tau cara menjaga birahi tersempitnya.
di bumi, tanah tandus dari pulau-pulau yang terpisahkan. kemarau tercabik air hujan, dan sela-sela kepul debu sesaat setelah titik-titik air nya menghantam bumi. malaikat 'peranakan' menumbuhi empat sudut pulau populasi. dari surga keislaman menuju ruh-ruh nenek moyang kepercayaan, dan dari salib mutiara hitam menuju para korban peradaban.


**

empat malaikat 'peranakan',dari benih nyawa empat titik hujan. menyirami tanah populasi yang dalam ketandusan. bulan kelaparan, dalam segala kelupaan.

**
kaca-kaca kusam di depan pandangan malaikat 'peranakan'. tak menghalangi sedikitpun pengamatan akan populasi.
di sudut jendela matahari sore.